PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF SISWA


oleh: Riswanto

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

  1. A.    Latar Belakang Masalah

 

Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat perubahan dan kemajuan yang cepat, terjadi baik pada aspek sosial, budaya, dan teknologi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat perubahan tersebut semakin komplek, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan individu secara fisik dan mental, agar lebih mampu mengatasi berbagai hal dalam mencapai kesuksesan. Bagaimana kita menghadapi tantangan yang ada biasa dimulai dengan berempati, mengubah cara pandang, mengelola emosi dan mengambil resiko.

Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan ia memandang seluruh tugasnya sebagai sesuatu yang sulit diselesaikan. Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan, bahwa pandangan individu terhadap dirinya sendiri sangat menentukan keberhasilan yang akan dicapai. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50)”. Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah factor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai dalam hidupnya.

Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk mengembangkan konsep diri positif.

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif.

  1. B.     Rumusan  Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana peningkatan konsep diri pada siswa dengan dilakukannya layanan bimbingan kelompok secara efektif“.

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.       KONSEP DIRI

 

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

  1. 1.      Pengertian Konsep Diri

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Pandangan dan sikap negative terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

  1. 2.      Jenis-jenis Konsep Diri

Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :

  1. Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
  2. Ia merasa setara dengan orang lain.
  3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu.
  4. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
  5. Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.

  1. 3.      Isi Konsep Diri

Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai dan khususnya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Isi konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Jersild dalam penelitiannya terhadap penelitian anak sekolah dasar dan sekolah menengah yang dikutib Burns (1993:209-210) mendiskripsikan isi dari konsep diri adalah :

  1. Karakteristik fisik

Karakteristik yang merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan dari individu dengan individu yang lain yaitu, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, dan detail-detail dari kepala dan tungkai lengan.

  1. Penampilan

Penampilan dari setiap individu tentunya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, hal ini dapat menggambarkan kepribdian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model rambut dan make-up, dengan keadaan seperti ini, individu dimungkinkan percaya diri atau tidak.

  1. Kesehatan dan kondisi fisik

Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu dalam menjalani hidup ini, terutama dalam mencapai karier. Individu yang mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan kenormalan yang berakibat individu itu merasa tidak aman atau kurang percaya diri, yang berakibat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif, individu yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang baik akan percaya diri bila dibandingkan dengan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau lemah.

  1. Rumah dan hubungan keluarga

Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan luar. Didalam rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan kondisi yang menyenangkan atau tidak.

  1. Hobi dan permainan

Hobi dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha mengembangkan kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya.

  1. Sekolah dan pekerjaan sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar individu dalam tahap pencarian ilmu. Dalam sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi didalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.

  1. Kecerdasan

Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki individu. Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah, dari kecerdasan ini cara berfikir atau daya tangkap individu berbeda, sehingga pandangan dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda.

  1. Bakat dan minat

Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun individu itu kembar sekalipun.

  1. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tenpramen, karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan mempengaruhi individu dalam bertindak atau dalam berfikir.

  1. Sikap dan hubungan sosial

Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh terhadap orang-orang yang berada disekitarnya, pergaulan dengan teman sebaya.

  1. Religius

Manusia hidup tidak dapat terlepas dari hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa bantuan dan karunia-Nya, kita tidak bias hidup. Seseorang yang memiliki segi religius positif akan menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi.

  1. 4.      Peranan Konsep Diri

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan ketidakmampuan dalam perilakunya. Rogers (dalam Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri memainkan peranan yang sentral dalam tingkah laku manusia, dan bahwa semakin besar kesesuaian di antara konsep diri dan realitas semakin berkurang ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin berkurang perasaan tidak puasnya.

Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Konsep diri juga dikatakan berperan dalam perilaku individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan setiap aspek pengalaman-pengalamannya. Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan dalam menentukan perilaku karena konsep diri menentukan pengharapan individu. Menurut beberapa ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.

  1. 5.      Pembentukan dan Pengembangan Konsep Diri

Menurut Centi (1993:16-23) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah :

  1. Orang Tua

Dalam hal ini informasi atau cerminan tentang diri kita, orang tua kita memegang peranan paling istimewa. Penilaian yang orang tua kenakan kepada kita untuk sebagian besar menjadi penilaian yang kita pegang tentang diri kita.

  1. Saudara Sekandung

Hubungan dengan saudara sekandung juga penting dalam pembentukan konsep diri.

  1. Sekolah

Tokoh utama di sekolah adalah guru, seorang guru yang sikap dan pribadinya baik membawa dampak besar bagi penanaman gagasan dalam pikiran siswa tentang diri mereka.

  1. Teman sebaya

Hidup kita tidak terbatas dalam lingkungan keluarga saja, kita juga punya teman. Dalam pergaulan dengan teman-teman itu, apakah kita disenangi, dikagumi, dan dihormati atau tidak, ikut menentukan dalam pembentukan konsep diri kita.

  1. Masyarakat

Sebagai anggota masyarakat sejak kecil kita sudah dituntut untuk bertindak menurut cara dan patokan tertentu yang berlaku pada masyarakat kita. Penilaian masyarakat terhadap diri individu akan membentuk konsep diri individu.

  1. Pengalaman

Banyak pandangan tentang diri kita, dipengaruhi juga oleh pengalaman keberhasilan dan kegagalan kita. Konsep diri adalah hasil belajar, dan belajar dapat diperoleh melalui pengalaman individu sehari-hari. Dalam melakukan aktifitas sehari-hari individu dihadapkan pada keberhasilan dan kegagalan.

  1. B.     LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada siswa oleh guru pembimbing yang terdapat dalam pola 17 yang terdiri dari empat bidang bimbingan, tujuh layanan dan lima layanan pendukung. Diantara pemberian layanan tersebut adalah layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh guru pembimbing dalam menangani sejumlah peserta didik. Faktor yang mendasar penyelenggaraan bimbingan kelompok adalah bahwa proses pembelajaran dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok.

  1. 1.      Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995: 61) bahwa“Bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok”. Sedangkan Winkel (1991: 71) mengatakan bahwa “bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungannya”.Bimbingan kelompok menekankan bahwa kegiatan bimbingan kelompok lebih pada proses pemahaman diri dan lingkungannya yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang disebut kelompok. Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang perorang, maka bimbingan kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu.

Bimbingan kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara optimal, sehingga mempunyai konsep diri yang lebih positif. Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif.

  1. 2.    Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut :

  1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui masukkan dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif.

  1. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dengan diadakannya bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi siswa karena dengan bimbingan kelompok akan timbul interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis.

  1. 3.      Model Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1999: 24-25) bahwa dalam penyelenggaraan bimbingan  kelompok dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :

  1. Kelompok bebas

Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.

  1. Kelompok tugas

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.

  1. 4.      Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 27) menggemukakan bahwa ada tiga komponen

penting dalam kelompok yaitu :

  1. Suasana kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu.

  1. Anggota kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses

kehidupan kelompok. Peranan kelompok itidak akan terwujud tanpa

keikutsertaan aktif para angota kelompok, dan bahkan lebih dari itu. Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok sesuai yang diharapkan menurut Prayitno (1995:32) adalah sebagai berikut :

  • Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar

anggota kelompok.

  • Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam

kegiatan kelompok.

  • Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan

bersama.

  • Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha

mematuhinya dengan baik.

  • Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh

kegiatan kelompok.

  • Mampu mengkomunikasikan secara terbuka.
  • Berusaha membantu orang lain.
  • Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga

menjalani peranannya.

  • Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.
  1. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Menurut Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.:

  • Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.
  • Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaanyang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggotaanggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
  • Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok. Jika kelompok tersebut tampak kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan.
  • Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
  • Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang atauran permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan.
  • Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
  1. 5.      Teknik-teknik Bimbingan Kelompok

Penggunaan tehnik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegaiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya, seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001: 86) “Bahwa teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan.     Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu, antara lain :

  1. Teknik pemberian informasi

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian. Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah : (a) dapat melayani banyak orang, (b) tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien, (c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) mudah dilaksanakan disebanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah antara lain : (1) sering dilaksanakan secara menolog, (2) individu yang mendengarkan kurang aktif, (3) memerlukan ketrampilan berbicara, supaya penejelasan menjadi menarik.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan  tersebut, pada waktu memberikan informasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

  • Sebelum memilih teknik pemberian informasi, perlu dipertimbangkan apakah cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan individu yang dibimbing.
  • Mempersiapkan bahan informasi dengan sebaik-baiknya.
  • Usahakan untuk menyiapkan bahan yang dapat dipelajari sendiri oleh pendengar atau siswa.
  • Usahakan berbagai variasi penyampaian agar pendengar menjadi lebih aktif .
  • Gunakan alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap layanan yang disampaikan.
  1. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan. Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah (2001: 89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu : (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.

  1. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah :

  • Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
  • Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah
  • Mencari alternatif pemecahan masalah
  • Menguji masing-masing alternatif
  • Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan
  • Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
  1. Permainan peranan (role playing)

Bennett dalam Tatiek Romlah (2001: 99) mengemukakan : bahwa permainan peranan adalah suatau alat belajar yang mengambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertianpengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel denga yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Didalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan peranan, yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.

  1. Permainan simulasi (simulation games)

Menurut Adams dalam Romlah (2001: 109) menyatakan bahwa permainam simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situai yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan teknik diskusi.

6. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Tahap-tahap perkembangan kelompok dalam bimbingan melalui

pendekatan kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan

perkembangan kegiatan bimbingan kelompok sama dengan tahapan yang

terdapat dalam konseling kelompok. Prayitno (1995:40-60)

Tahap-tahap bimbingan kelompok ada empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran..

a. Tahap Pembentukan

Tahap awal atau tahap permulaan sebagai tahap persiapan dalam rangka pembentukan kelompok. Tahap ini merupakan tahap pengenalan, pembinaan hubungan baik, tahap pelibatan diri atau tahap memasuki diri

ke dalam kehidupan suatu kelompok dengan tujuan agar anggota

memahami maksud bimbingan kelompok.

b. Tahap Peralihan

Tahap transisi (peralihan) menurut Prayitno (1995:47) dijelaskan sebagai tahap peralihan yang bertujuan membebaskan anggota kelompok dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

C. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing.

Konsep diri adalah pandangan menyeluruh individu terhadap totalitas diri sendiri baik tentang dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya motivasinya, kelebihan dan kelemahannya yang terbentuk dari pengalamanny dan interaksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar individu.

Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan sesuatu yang dipelajari dan merupakan hasil bentukan dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu yang lain.

Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi, sehingga orang mampu menyimpan informasi tentang dirinya baik informasi positif maupun negatif. Dengan konseling kelompok individu mengharapkan hidupnya akan lebih baik, dapat memecahkan masalah dan dapat pula membantu orang lain

Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungan, dengan konseling kelompok siswa dapat berinteraksi dengan anggota lain, mereka dapat berlatih tentang perilaku baru, belajar memberi dan menerima, dan belajar memecahkan masalah berdasarkan masukan dari orang lain. Situasi yang diperlukan untuk mengembangkan konsep diri positif adalah situasi hubungan yang erat dan mendalam dan dalam waktu yang relatif agak lama dalam berinteraksi.

Kelompok yang semua anggotanya merupakan teman yang sebaya sering disebut kelompok teman sebaya. Di sinilah mereka dinilai oleh orang lain. Penilaian ini akan dijadikan sebagai cermin dalam memandang dan menilai dirinya sendiri.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A. KESIMPULAN

Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus.

Di dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan sesama anggota. sehingga ketika mengikuti kegiatan ini dengan baik maka akan terjadi proses perubahan yang akan mereka alami terutama dalam proses mengembangkan konsep diri yang positif.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa saran kepada guru pembimbing dan siswa sebagai berikut :

  1. Hendaknya para guru pembimbing dapat lebih banyak memprogramkan layanan bimbingan kelompok untuk membentuk konsep diri positif siswa dan memotivasi siswa agar memanfaatkan layanan bimbingan kelompok sebagai tempat untuk mengembangkan konsep diri positif.
  2. Melalui program BK hendaknya guru pembimbing membuat kelompok-kelompok seperti kelompok OSIS, ekstra yang ada di sekolah sehingga sudah

ada dinamika kelompok yang terjalin untuk mendukung pelaksanaan

bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri positif.

DAFTAR PUSTAKA

Burns, R.B. 1993. Konsep Diri. Jakarta : Arean.

Centi, J.Paul. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Prayitno dan Erman Amti.1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Depdikbud : Rineka Cipta.

Tinggalkan komentar